READ ME ♥

Selasa, 26 November 2013

GURINDAM

Hidup di dunia untuk bersua
Mencari kawan bukan untuk sebatang kara

Hidup di dunia jangan sampai sebatang kara
Indah berkawan pabila tak bermuka dua

Hidup di dunia mencari banyak saudara
Ada yang baru jangan lupakan yang lama

Hidup di dunia bukan untuk berfoya-foya
Tolonglah sesama besar nilai bahagianya

Hidup di dunia memandang indah ciptaanNya
Ajak sesama ‘tuk syukuri karuniaNya
readmore »»  

Senin, 01 April 2013

Give Thanks ♥

Happy, PassOver! No more "easter" again, guys!
I have many collection of spiritual songs, but I love this song so much. You can feel how deeply it is! Don't just praise, sing it loud from your heart, guys!

Give thanks with a grateful heart.
Give thanks to the Holy One.
Give thanks because He’s given Jesus Christ,
His Son.

And now...
Let the weak say : I’m strong.
Let the poor say : I’m rich.
Because of what the Lord has done for us.
Give Thanks


Once again, Happy PassOver!
Jesus LOVES us ♥
readmore »»  

Sabtu, 23 Februari 2013

No one - Nothing

I believe that :
From no one to SOMEONE
from nothing to SOMETHING


Masih bertahan dalam diam?
Masih terpaku pada satu acuan?
Entahlah~

Kita sama, tapi beda
Takut jatuh. Ya! Itu aku!
Senang berjumpa dengan mu, atau.....
Selamat tinggal buat kamu?

I need a miracle
Someday, I believe...
readmore »»  

Minggu, 08 April 2012

Cerpen - Aku Masih Sahabat Mu

“It’s time to begin the first break...” bel berakhirnya bimbingan belajar sudah berbunyi. Siswa-siswi putih abu-abu berhamburan keluar kelas. Ada yang berburu sarapan di kantin, bercengkrama di depan kelas, ada pula yang menyelesaikan tugas-tugasnya. Sama halnya dengan Vio, ia bergegas menuju kelas sahabatnya, Karin.

“Hay, cantik! Istirahat, yuk!” tegur Vio.
“Ayo! Kamu yang traktir sarapan ya!” balas Karin.
“Oke, deh! Yuk!”

Dua gadis remaja ini memang terkenal lengket. Dimana ada Vio, pasti ada Karin. Begitu pula sebaliknya. Tak heran banyak yang memanggil mereka “Duo Maia”, entah dari mana julukan itu berasal. Justru mereka malah senang dengan julukan itu, sebab Duo Maia adalah grup terkenal di seantero negeri ini.

“Mbok, mie Sedaap dua mangkok ya. Pakai telur dan gak pakai lama.” pesan Vio.

“Siap, non.”

Tak lama, dua mangkuk mie Sedaap hangat datang menghampiri meja mereka. Tidak banyak bicara, mereka langsung melahapnya. Waktu hampir menunjukkan pukul setengah tujuh. Mereka pun langsung bergegas ke kelas masing-masing. Ketika Karin akan memasuki kelas...

“Rin, jangan lupa besok bawain tugas-tugas bahasa Inggris ya. Aku mau nyalin nih.” pinta Vio.
“Kebiasaan deh, ya. Oke, jangan lupa ingetin aku lewat SMS ya.”
“Siap, bos! Dada!” pamit Vio.
“Bye!”

Waktu berlalu. Detik berganti menit, menit berganti jam. Dan kini waktu yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Waktunya pelajaran sekolah usai. “The lesson is ending for today. See you tomorrow morning with the new learing spirit, take care on the way home and have a nice day.” bel penutup aktivitas sekolah sudah berbunyi. Suara kendaraan bermotor milik siswa langsung meramaikan pintu gerbang sekolah yang baru dibuka oleh pak satpam. Berbeda dengan Vio, dia terlebih dahulu menjemput sahabatnya untuk diajak pulang bersama.

Malam harinya...

“Wih, pasti ini texting dari Vio.”
From: Vio
Message: Mbul, jangan lupa bawain tugas-tugasnya yah.
“Bener kan firasat gue.” kata Karin
To: Vio
Message: Iye, Mbol. Udah aku simpen di flashdisk. Tinggal kamu edit aja.
From: Vio
Message: Waaahhh, terima kasih Karin ku yang cantik! Love you!
To: Vio
Message: Urwel. Love you too!

Setelah memasang alarm di ponselnya, Karin segera menarik selimutnya. Pukul 5 esok, ia bersama teman-temannya harus mengikuti bimbingan belajar di sekolah.

Malam sudah berganti pagi. Saatnya Karin pergi ke sekolah untuk menimba ilmu. Dengan malasnya, ia membuang selimut tebalnya ke lantai dan segera menuju kamar mandi. Sebelum berangkat, tidak lupa ia membawa flashdisk titipan Vio. Sepeda Vario FI senantiasa mengantarnya menuju ke sekolah.

Bimbingan pagi pun di mulai, semua siswa memperhatikan guru yang menghiasi papan tulis dengan ilmu-ilmu baru. Waktu pun cepat berlalu, bel istirahat pertama sudah berbunyi. Hentakkan kaki Vio berjalan menuju kelas Karin.

“Mbul, mana pesanan gue?” kata Vio menagih.
“Nih! Aku simpan di folder paling depan. Cepet langsung kamu edit. Keburu masuk loh.”
“Iye, bawel. Thanks ya!” ucap Vio.
“Iya, sama-sama.” balas Karin.

Vio pun kembali ke kelas. Jari-jari manisnya menghiasi keyboard laptop miliknya. Ia memang disibukkan dengan tugas power point bahasa Inggris yang ia copy dari Karin. Tugas ini harus ia presentasikan seusai istirahat kedua nanti.

“It’s time to have break...” bel istirahat kedua berbunyi. Kali ini Karin yang menghampiri kelas Vio dan membantu menyelesaikan tugas bahasa Inggrisnya. Di dalam kelas Vio..

“Mbul, ada yang perlu gue bantu gak?” tanya Karin.
“Gak ada kok. Aku bisa mengatasinya. Haha!” jawab Vio.
“Huuu, dasar! Oh iya, aku punya berita bagus nih!”
“Apaan emang?” tanya Vio heran seraya sibuk mengetik di laptopnya.
“Aku lolos ke babak semi final Indonesian Idol! Wahahaha, serasa mimpi!” kata Karin girang.
“Beneran nih? Selamat ya! Cita-citamu untuk jadi penyanyi tinggal selangkah lagi! Jadi kamu di karantina di Jakarta dong?”
“Iya, nih. Kira-kira selama 4 bulan aku di sana.”
“Yah, gak bakalan ketemu selama 4 bulan dong.”
“Iya, tapi mau gimana lagi. Selama 4 bulan itu, aku akan kerja keras untuk mendapatkan juara! Dan membuktikan bahwa aku pasti bisa jadi juara! Ntar, pasti aku nyebutin nama lo sebagai sahabat terbaik yang udah ngedukung cita-cita gue selama ini.”
“Kamu pasti bisa, Karin. Aku selalu mendukungmu!” ucap Vio memberi semangat kepada Karin.

Hari keberangkatan Karin menuju Jakarta tiba. Ia tak lupa berpamitan dengan semua anggota keluarga dan teman-temannya. Pelukkan erat antara Vio dan Karin harus terlepas. Isak tangis dan lambaian tangan dari orang-orang terdekat mengiringi keberangkatan Karin di bandara. Hanya memakan waktu satu setangah jam untuk menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Ketika pulang, Vio menerima kejadian naas di tengah jalan. Sepeda motor yang dikendarainya diserempet mini bus dari belakang. Ban mini bus tersebut oleng dan menabrak pembatas jalur lalu terpental hingga mengenai sepeda motor Vio. Penumpang dan pengendara mini bus luka ringan, sedangkan Vio harus mengalami patah tulang dan goresan luka di tangannya. Kejadian yang memang menyedihkan. Di kala ia harus berpisah dengan sahabatnya, ia juga harus mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang.

Selama 2 minggu Vio harus di rawat inap di rumah sakit. Kerabat, tetangga, dan teman-temannya bergantian menjenguknya. Orang tua Karin pun datang membawa anggur hitam dan martabak telur kesukaannya.

“Vio, gimana keadaan mu sekarang?” tanya mama Karin.
“Sudah mulai membaik, tante. Doakan cepat sembuh ya.” jawab Vio.
“Iya, sayang. Pasti tante sama om doain kamu.”
“Eh, tante. Udah ada kabar dari Karin belum? Aku kangen nih!”
“Setelah dia sampai di Jakarta, dia mendapat waktu menelepon kami. Katanya, titip pesan kangen ke semua teman-temannya. Di sana HP karin disimpan oleh pihak penyelenggara. Kalau, dia pulang, baru lah hpnya diserahkan.Tapi, sebulan lagi dia pulang kok.”
“Aduh, enak ya. Aku bakalan jadi fans-nya nih. Hihihi.” canda Karin.

Sebulan kemudian, Vio sudah diijinkan melepas perban di kakinya. Namun, ia masih harus dibantu dengan dua penyangga. Sama halnya dengan Karin, dia bisa melepas perban rindunya kepada orang-orang terdekatnya. Karin diberi kesempatan pulang untuk mengurus surat-surat penting miliknya, namun ia hanya diberi waktu satu hari. Wajar saja, dia tak mau keluar rumah karena masih rindu pada keluarganya. Tepat di hari kepulangan Karin, Vio sedang berulang tahun yang ke-18. Ia tahu bahwa hari ini Karin pulang, Vio juga tahu bahwa Karin pasti ingat hari ulang tahunnya.

Namun, harapan Vio sia-sia. Ucapan selamat ulang tahun ataupun kunjungan Karin ke rumahnya tak kunjung datang. Vio tak henti berharap. Ia mencoba menghubungi ponsel Karin, tapi tak ada yang mengangkat.

“Apa Karin masih ingat sama aku ya?” pekiknya dalam hati.

Entah di mana keberadaan Karin selama ia pulang ke kota kelahirannya. Padahal ketika Vio melihat Karin di televisi, ia tak lupa mengirim SMS untuk mendukung sahabatnya. Waktu berlalu, pagi pun berjumpa dengan pagi kembali.

Raut muka yang sedih menghiasi paras cantik Vio di sekolah. Tak ada satu SMS pun dari sahabatnya itu. Berbeda dengan Karin, ia harus kembali lagi ke Jakarta untuk meneruskan kontes Indonesian Idol yang tinggal beberapa waktu lagi. Vio yang dulu mendukung sahabatnya, kini tidak mau lagi memandang wajah Karin di televisi. Dia juga tidak lagi mengirim SMS untuk mendukung Karin. Vio memang kecewa semenjak ungkapan Karin di televisi yang mengatakan bahwa orang terpenting dalam mendukung karirnya adalah keluarganya sendiri. Karin memang lupa dengan kata-katanya yang akan menyebut nama Vio sebagai sahabat terbaik yang juga mendukung penuh dalam karirnya ini.

Kesedihan semakin menyelimuti hati Vio. Selama 4 bulan tak bertemu, selama 4 bulan pula Karin sama sekali tidak menanyakan kabar Vio. Ajang kontes Indonesian Idol sudah usai. Harapan Karin menjadi juara tercapai sudah. Kini, dia menjadi bintang baru di industri muysik dengan suara jazz-nya yang unik. Nama Karin sudah terkenal dimana-mana. Banyak yang mengelukannya, banyak pula yang ingin berjumpa dengannya. Karena Karin masih sekolah dan akan menghadapi UN, ia memutuskan kembali ke sekolahnya terlebih dahulu untuk menyelesaikan tugasnya sebagai pelajar SMA yang kurang 3 bulan lagi. Setelah itu, barulah ia kembali ke Jakarta untuk kuliah dan menjalani profesinya sebagai penyanyi pendatang baru.

Kedatangan Karin disambut hangat di kota kelahirannya sendiri. Di kediamannya, sudah terpampang baliho besar bertuliskan “Karin ku pulang bawa kemenangan!”. Berbeda dengan Vio, dia sama sekali tak merasa bahwa sahabatnya telah kembali. Dia merasa sahabat yang lama telah hilang. Angan-angan untuk menjadi fans Karin pupus sudah. Bahkan semenjak Karin pulang, ia tidak mengabari Vio sama sekali.

“Karin memang benar-benar sudah berubah. Wajarlah, dia sudah terkenal di seantero negeri ini. Pasti dia sudah tak mau berteman dengan ku lagi.” ucap Karin sambil menangis.

Baru beberapa hari di kotanya, Karin sudah ditawari untuk mengisi acara-acara radio dan mengadakan jumpa fans. Karin memang sudah menjadi bintang bersinar di kotanya.

Tiba saatnya Karin untuk kembali ke sekolah. Ia membawa satu keresek hitam besar. Anehnya, Karin tidak mau membawa mobil baru hadiah kontesnya ke sekolah. Ia tetap membawa sepada motor Vario FI yang sudah lama tak dipakainya. Sesampainya di kelas, ia disambut sambutan sorak-sorai teman-temannya. Sayangnya, tak nampak wajah Vio di sekolah. Padahal, ia membawa bingkisan keresek besar itu untuk Vio.

Usai membayari teman-temannya makan, ia bergegas ke rumah Vio. Di jalan, Karin pun bertanya-tanya mengapa Vio tidak masuk sekolah. Di rumah Vio...

“Permisi... Vio... Vio...” teriak Karin dari halaman luar rumah Vio.
“Eh, non Karin. Apa kabarnya nih? Sekarang udah jadi artis ya. Bibi minta tanda tangan sama foto bareng ya. Hehe” canda Bik Atik.
“Ah, bibi. Baik kok . Iya-iya nanti kita foto bareng. Vionya ada gak, bi? Kok dia gak masuk sekolah?” tanya Karin.
“Ada kok. Non Vio lagi sakit. Jahitan di kakinya ternyata ada yang lepas, non.”
“Ha? Jahitan apa, bik?”
“Lho, non Karin belum tahu? 4 bulan lalu kan non Vio mengalami kecelakaan sepulang mengantar non Karin ke bandara. Kakinya patah dan harus dioperasi.”
“Apa? Aduh, bik. Kok aku gak tau ya. Mungkin aku terlalu sibuk. Aku mau menghubungi Vio tapi gak sempat-sempat. Hpku hilang waktu turun dari bandara. Aku jadi ngerasa bersalah.”
“Ya sudah, non. Masuk aja dulu. Non Vio ada di kamarnya.”
“Iya Bik. Terima kasih ya!”

Karin segara menuju kamar Vio di lantai dua. Vio terbaring lemah karena rasa perih di kakinya membuatnya tak kuasa bangun dari tempat tidur. Karin pun mengetuk pintu. Vio terbangun dan menyuruhnya masuk, iatak tahu bahwa Karin yang datang.

“Vio, apa kabar?” tanya Karin lembut.
“Lho, ngapain kamu datang ke sini? Bukannya udah lupa sama aku ya? Oh iya, udah jadi artis kan sekarang?”
“Vio, kok kamu gitu. Aku minta maaf karena aku terlalu sibuk. Tapi memang waktu yang disediakan amat terbatas. Hpku hilang sewaktu turun dari bandara. Aku gak sempat beli. Waktu itu aku memang lupa nyebutin nama mu, aku pingin banget manggil nama mu tapi pihak operator mengatakan durasinya habis. Waktu itu aku emang nyesel banget Vio. Maaf banget aku gak ngabarin kamu sama sekali. Maaf ya...”
“Gampang banget bilang minta maaf ke aku. Kamu aja lupa sama aku. Apa kamu gak mau berteman sama aku lagi semenjak jadi artis? Berasa eksis ya?”
“Astaga Vio, aku gak bermaksud gitu. Aku bener-bener minta maaf. Baiklah kalo kamu gak mau maafin aku, aku bakalan nunggu sampai kamu maafin aku. Aku masih sahabatmu kan?”
“Enggak kali.”
“Yaudah deh, ini aku belikan pakaian kesukaan mu selama aku di Jakarta. Aksesoris kesukaanmu juga sudah ada, Vio. Ini ucapan terima kasih ku karena kamu udah ngedukung aku.”
“Oh, gitu.”
“Aku pulang dulu ya. Maaf mengganggu.” pamit Karin.

Karin pulang dengan muka sedih. Tak digubrisnya sapaan Bik Atik yang menyuguhinya minuman, Ia langsung pulang. Sama halnya dengan Vio. Ia merasa sedih, ia juga menyesal kenapa ia tak langsung memeluk Karin tadi. Di sisi lain, Karin menangis di kamar. Ia merasa menyesal sekali.

Setelah membuka bingkisan dari Karin, Vio baru sadar bahwa ia salah. Ia terlalu mementingkan egonya. Memang masih banyak yang harus diurus Karin. Tapi, Karin masih ingat barang-barang yang disukai Vio. Sama halnya dengan Karin, ia merasa menyesal karena tak memperhatikan sahabatnya sendiri.

Esoknya di sekolah, Karin menunggu Vio di depan kelasnya. Memang tidak butuh waktu lama untuk menyatukan mereka kembali. Ketika Vio datang, Karin langsung memeluknya dan meminta maaf.

“Maafin aku ya, Vio.” Pinta Karin
“Aku yang seharusnya minta maaf. Egoku terlalu besar, Karin. Maaf ya.”
“Iya, cantik. Aku masih sahabat mu, kan?” tanya Karin.
“Bukan. Kau tetap sahabat terbaik ku!” balas Vio.

Tangis bahagia menyertai pelukan erat mereka. Setelah berpelukan, Karin pun membantu Vio memasuk ruang kelasnya. Canda tawa pun kembali menyelimuti hari-hari Duo Maia itu.
readmore »»  

Rabu, 26 Oktober 2011

BEC (Banyuwangi Etno Carnival)



Banyuwangi, sukses menyelenggarakan karnaval budaya-modern tanggal 22 Oktober 2001 kemarin. Acara ini berlangsung meriah dan menarik. Selain diikuti kurang lebih 430 peserta, antusias penonton juga tak kalah seru.

Dalam pawai ini, Kota Gandrung menyuguhkan 3 unsur kesenian tari Banyuwangi yang akan ditampilkan dan dikemas dengan kostum yang menarik. Yaitu, Gandrung, Damarwulan, dan Kundaran.

Selain dukungan dari masyarakat sekitar, BEC juga dimeriahkan oleh peserta JFC (Jember Fashion Carnival). Memang, JFC sudah lebih dulu memperkenalkan pawai budaya-modern lebih dulu, pada akhirnya pun, nama JFC sudah mendunia.Acara ini dimeriahkan juga oleh penampilan dari daerah lain. Memang perlu dukungan dari banyak pihak agara acara ini bisa sukses dan menampelkan kesan yang menarik.

Saya juga mendapatkan beberapa foto yang saya ambil sendiri. Selamat menikmati :))

























Apa yang ada di negara kita, harus kita jaga. Selain itu, kita juga seharusnya menggunakan daya kreativitas kita untuk mengembangkan budaya yang kita miliki. :))
readmore »»